Tomang

PADA amar keputusan-mu negara membutuhkan jalan bebas hambatan, agar pintas hasrat, lalu mimpi benar-benar terbukti: Kota mandiri yang asri. Selanjutnya, tiada ampun bagi-mu hai benalu: Gubuk-gubuk akan digaruk, lapak dilabarak, kecoa dipalu. Tinggal tanah yang lapang, awal dari modal, disulap jadi hutan beton. Lalu niat di timbang. Untung dihitung. Namun entah mengapa, pikiran-mu selalu saja meliuk-liuk...
BACA SELENGKAPNYA

Tegalayung

SEBATANG sungai mengalir di Bali. Di sebuah lengkungan yang gemuk dan tambun, nenek-nenekku seperti bangkit dari kuburan, bertelanjang dada, menjadi pemuda perkasa. Menyelam di air yang cokelat, mengeruk pasir untuk menbangun perut tengkulak yang kian merangkak. Sebuah eretan yang ditinggalkan Belanda, memenjara hidup mereka jadi buruh sepanjang hayat.     Di tegalayung tak ada lelaki...
BACA SELENGKAPNYA

Swan River

AKU pernah melihat perut sungai yang ajaib itu dari ketinggian King’s Park. Di suatu malam yang sarat firasat, ketika anjing letih menggonggongi sunyi. Ketika orang-orang menahan gejolak, setelah letih menggempur, lalu menyalakan lampion pengusir gundah. Merebaklah cahaya di sepanjang bibir sungai. Tampak dari kejauhan, setelah kuteliti setiap cahaya yang mengucap, sungai itu tiada lain memang berbentuk...
BACA SELENGKAPNYA

Srengseng

SETIAP waktu kubenahi kamarku. Buku-buku tanpa gerak dan kehendak, berbanjar di dalam rak. Pada meja duduk, laptop dan combo memberikan pemandangan lain. Patung-patung mini dan plakat bercengkrama di bagian sudut, bersembunyi dari jangkauan. Ada sejumlah kaset, kitab suci, kamus, lembaran-lembaran foto yang selalu mengingatkan pada kisah lama. Aku memang masih menyimpan sejumlah kenangan, mengamankan...
BACA SELENGKAPNYA

Selepas Dubai

MENDEKATI Esfahan, sebuah daerah tanpa arah, tempat salju tertidur di punuk gurun, kurasakan sebuah kekuasaan sedang mengekalkan kehendaknya. Kulihat orang-orang Arab belajar membuat tembikar, menyulap gurun pasir jadi petakan sawah. Kukira terbangku cukup jauh, hingga hayalku membumbung. Lagi-lagi kusongsong kerajaan awan yang berdaulat di langit. Di bawahnya sebuah kota terkubur, seperti juga diri-mu...
BACA SELENGKAPNYA

Mycenae

LAZUARDI takjim. Senyap. Tak kutemukan cakra, juga bercak, keseluruhannya bening, mendekati biru. Kecuali sejumput sulur-sulur kecokelatan, merumbai entah apa, dipermainkan cahaya di barat, ketika maghrib merias diri. Lembaran-lembaran putih transparan membalut lehernya yang jenjang, nyaris menyerupai seragam kantor-mu. Ingin kuhadiahkan kepada-mu kerudung bersulam putih salju, supaya sempurna kecantikan,...
BACA SELENGKAPNYA

Moskwa

DOBRE wiecer Moskwa! Sekalipun di kremlin,(1) tak ada nabi tanpa wahyu. Bapak Revolusi Bolshevic itu memang telah tertidur pulas di mausoleum, dengan lengan kanan mengepal, membawa mati siasat yang belum terlaksana. Aku dapat membaca siasat itu lewat kerut keningnya, lewat antrian para peziarah. Oh kasihan. Aku punya bonbon susu dan sedikit candu. Ingin kuhadiahkan kepadanya. Kapan si bapak itu berulang...
BACA SELENGKAPNYA

Dinda (1)

Inilah puisiku Didamar dari pengalaman Diketam dengan pergulatan Kuinginkan dan kurencanakan Sungguh-sungguh kupersembahkan Untuk-mu Untuk-mu Aku habis-habisan menulisnya Sejujurnya, bergelut dengan puisi Lebih terasa susahnya Susah menciptanya, susah memahaminya Dan semua penyair tahu, susah menjualnya Terkadang aku nyaris patah arang Adakah puisi benar-benar berguna Ketika menjelma titah bersabar Di...
BACA SELENGKAPNYA

Dinda (2)

Inilah sepenggal fragmen kehidupan Semakin dipikirkan Semakin membingungkan Kuharap aku sedang tidak berangan Dan kau tidak terbawa mengawang Ketika mengingat perjalanan waktu Selalu yang lahir andai-andai Andaikan derik waktu bisa dibalik Seandainya dulu begitu Kini tidak begini Ketika ikut-ikutan merias wajah Galur-galur ketidaksempurnaan Bagai tekstur yang memiuh Kita merasa begitu rapuh Jakarta,...
BACA SELENGKAPNYA

Cinta Kita

Ledakan gunung berapi Ombak membuncah-buncah Adalah birahi kita Ruang dan waktu Adalah cinta kita Seperti tanah seperti puisi Cintaku menyerap kecantikan-mu Memancarkannya Untuk dunia yang gaduh Ledakan gunung berapi di gigir laut Ombak membuncah-buncah adalah Amuk rakyat kepada gubernur yang busuk Terjadilah keonaran Terciptalah petaka Inilah teka-teki cinta kita Dapatkah menemukan kambing hitam Jika...
BACA SELENGKAPNYA

Aku Cinta Pada-mu (1)

Bagi-mu yang menyimpan hamparan laut Sebuah perahu akan berlabuh Mengantarkan salam dan kasihku Sebatang sungai akan mengalirkan Kerinduan dan peluk-ciumku Bagi-mu yang terlunta-lunta di belantara kota Yang didera kelaparan di tengah pesta pora Yang dihardik kesepian di tengah keramaian Bertandanglah ke ruang batinku Akan kuhibur kau dengan selarik puisi: Aku cinta kepada-mu! Jakarta, 2005 - 2...
BACA SELENGKAPNYA

Aku Cinta pada-mu (2)

Inilah hidupku: Sunyi Senyap langit     Senyap bumi Jakarta dini hari sehabis idul fitri: Semesta yang mengheningkan cipta Adakah berbuah Bila kutanam di lubuk hati-mu Ciumanku ingin bangkit     Membakar kecantikan-mu Supaya waktu tidak cepat berlalu Di sini tidak ada musim gugur Tapi daun-daun selalu luruh Kemurungan sigap datang Lalu kembali seperti biasa Kita sibuk...
BACA SELENGKAPNYA

Aku Cinta pada-mu (3)

(1) Aku menulis sajak ini Dengan tidak mengatasnamakan rakyat Sebab aku pun rakyat Kau pernah berjanji akan menerimaku Sabagai apapun. Kekasih, ketahuilah Aku mencintai-mu sebagai rakyat malang Karena selalu dikhianati pemerintah Tapi jika masih terbit pagi berikut mataharinya Pasti kusunting engkau Namun bersiaplah menikah di hati masing-masing Sebab rumah-rumah ibadat telah dibakar umat Maskawinku...
BACA SELENGKAPNYA

Aku Cinta pada-mu (4)

(1) Kekasih, akulah kota Jakarta yang semerawut Dengan pemakaman umum yang tak terawatt Tiba-tiba banjir bandang menerjang Bah tumpah dari delapan penjuru Liar, seperti prajurit kelaparan Ke mana kau akan mengungsi Berpalinglah pada ruang batinku: Pada satu-satunya kuburan yang tak terendam (2) Aku tak bisa lagi memberi irama pada cuaca Sedang si penagkap angin yang berpengalaman Dengan wajah...
BACA SELENGKAPNYA

Aku Cinta pada-mu (5)

Menunggu adalah perangai bebatuan Aku bukan batu Segera kulayarkan sebuah ciuman Ke jantung-mu Sebelum hari berlalu Jika kelak kita akan mengarungi lautan luas Aku akan menjadi nahkoda bagi-mu Ingatanku telah mengukir jalan menuju ke sana Rumah yang masih dirahasiakan Azza Wazalla Bukankah seringkali kuajak kau menziarahinya Dengan keyakinan bahwa nereka Diperuntukkan bagi orang yang laknat Dan...
BACA SELENGKAPNYA

Aku Cinta pada-mu (6)

Ada saatnya aku selalu ingin dekat dengan-mu Tidur di setiap ruang batin-mu Mengilhami pikiran-pikiran-mu Ada kalanya hatiku disergap keraguan yang datang     Tiba-tiba Benarkah kita tidak akan terpengaruh jarak dan     Waktu Keraguan yang kupikir amat manusiawi Maka wahai kekasih, berilah aku sebentuk     Kepastian Wahai lautan ispirasiku, betapa penting    ...
BACA SELENGKAPNYA

Aku Cinta pada-mu (7)

Engkau di seberang, janganlah cemas Sebab di benua yang lain, tak jauh dari hati-mu Aku tengah memintal benang-benang kesetiaan Jika telah usai kurajut sebuah mantel Akan kupaketkan kepada-mu Kenakanlah sebagai jubah kebersamaan kita Cinta kita semakin berjarak, semakin membara Menyulut kerinduanku hingga berkobar-kobar Jika di tengah kegelapan kau melihat selubung     Cahaya Itulah...
BACA SELENGKAPNYA

Aku Cinta pada-mu (8)

Aku telah menjadi tanah Yang siap disemai benih Kan kukembalikan jadi sebentuk tunas Aku adalah sebait puisi Yang telah merangkum kecantikan-mu Kupancarkan keindahannya Untuk dunia yang tak lelah bermandi darah Aku obor bagi mereka yang kegelapan Petiklah api yang memancar di hati-mu Bakarlah sumbu jantungku Aku adalah sebaris doa Kuharap engkau akan memanjatkannya Ke arasy yang tak terperi Moga...
BACA SELENGKAPNYA

Aku Cinta pada-mu (9)

Aku telah membelikan-mu  T-shirt allsize Membawakan matrioska dari Ismailova Memperlihatkan potret gigir Moskwa Kurajut selimut dari kabut Yunani Kukirimkan gantungan kunci dari Abudhabi Kuselendangkan samping Sukowati Kuhiasi jenjang leher-mu dengan kalung Papua Kusematkan emblem palu-arit dari Kremlin Tetapi selalu saja ada yang kurang Apakah aku telah menjanjikan yang berlebih Kelak jika...
BACA SELENGKAPNYA

Aku Cinta pada-mu (10)

Sini, Nak! Siapa nama-mu?Sapa orang tua-mu? Sudah  sekolahkah?Ini recehan. Belilah bonbon Aku teriris Mengapa kau lari ke jalananJadi kau kuntil anak, jadi hantu cilikJadi lirik yang getir dalam puisiku Mengapa kau menolak bapakMengapa kau menuding ibuMengapa kau menghardik aku Mengapa hari bermandi janjiMengapa hati turun-naikMengapa uang bawa kuasaMengapa...
BACA SELENGKAPNYA

Aku Cinta Pada-mu (11)

Kalimat singkat ini bukan hasil penemuanku Para penyair terbaik yang menemukannya Tapi aku menyetujuinya, dan sangat menyukainya Di hari yang berbahagia ini,dengan seluruh jiwaku Dan perasaanku yang paling tulus Kuucapkan hanya dan hanya kepada-mu yaitu bahwa: Aku cinta pada-mu Jakarta, 2...
BACA SELENGKAPNYA

Makna Puisi "AKU INGIN" karya SDD

Puisi "Aku Ingin" karya Sapardi Djoko Damono ini cukup terkenal, dan sering dikutip oleh mereka yang sedang jatuh cinta. Sekilas memang puisi ini mencerminkan seorang sisifus, yaitu orang yang mencintai sesuatu tanpa imbalan, kecuali perasaan mencintai itu sendiri. Kiranya Anda sudah tahu kisah sisifus yang berasal dari mitologi Yunani itu kan? Aku tidak pernah melakukan riset. Namun dari beberapa...
BACA SELENGKAPNYA

Merauke

DARI ketinggian, aku hanya mampu melihat dari ketinggian, nampaklah puncak Jaya Wijaya yang sedang merenung. Megah sekaligus angkuh. Ingin kugapai namun tak terjangkau, sebagaimana juga sukma-mu yang bersikukuh di pedalaman, begitu bersahaja namun tak dapat diraba. Dari ketinggian pula, aku melihat danau Sentani yang eksotik dengan kaki bukit yang meliuk-liuk seikal rambut-mu, seperti ular naga sedang...
BACA SELENGKAPNYA

Jakarta (1)

MEREKA datang padaku meloncat-loncat, tak ubahnya seekor kodok. Betapa kurang ajar dan tidak tahu tata susila. Mereka mendongak, mendesis-desis dengan air liur meleler, lalu dengan sok berwibawa, berkata, “Percayakan suara-mu kepadaku!”         -Aku ingin menertawakannya, sepuas-puasnya, seperti melemparkan gelas kristal sekencang-kencangnya,hingga rumpang berkeping-keping....
BACA SELENGKAPNYA

Jakarta (2)

DI Silang Monas, aku mengawang lagi. Aku akan kembali tidur dua ratus lima puluh tujuh tahun. Sampai dinasti tujuh kali berganti. Sampai lenyap harap. Aku akan meneruskan mimpi, toh kota ini tercipta oleh dan untuk para pemimpi. Dan sebab hanya di dalam impian bisa berjumpa kesejatian. Hai nona manis yang minimalis, di dalam impian pula kita pernah bersua, bukan?     Di Silang Monas,...
BACA SELENGKAPNYA

Jakarta (3)

JADILAH warga negara yang baik. Berdermalah, dan bayarlah pajak. Begitulah para penguasa berkelakar         Apakah mereka tidak tahu kalau aku sudah menjadi warga yang baik dari sebuah negara? Entah negara apa yang kupijak ini. Atau mereka buta hingga tak dapat melihat kalau aku ini sudah menjalankan segala yang dimaksud dengan kebaikan? Seperti ikan bandeng, demi kebaikan,...
BACA SELENGKAPNYA

Jakarta (4)

PADA dasarnya mereka adalah hewan-hewan yang tidak siap menderita. Pada dasarnya jiwa meraka amat kerdil dan melata seperti cacing. Adakah reptile yang mampu merangkak di jalan aspal yang memuai oleh sengatan matahari?         Bahkan di undakan pasir, cacing-cacing tidak mampu bertahan sekedar untuk hidup. Berbahagialah kalian yang dituduhkan sebagai kecoa karena bisa...
BACA SELENGKAPNYA

Bukittinggi

BERBAHAGIALAH karena orang-orang masih mencintai-mu setinggi langit sedalam laut. Jangan kau balas dengan kebencian.         Ini kota memang telah jatuh, sebelum Baghdad runtuh. Sebelum menara kembar tumbang di New York. Mungkin Washington akan luluh lantak, bersama amarah umat yang kian mengeras. Bersama gerhana yang mengekal.         Dulu...
BACA SELENGKAPNYA

Bandung

DI kota ini regas bangsaku gemeretakan. Jelaga selingkuh di angkasa. Jalan-jalan pada bunting: Melahirkan lapak kaki lima, pedagang asongan, calo, hingga penjahat bermata satu. Di utara, hutan pinus hijrah ke dalam jambangan. Tahukah kamu mengapa bah menggelontor di bahorok? Menerjang kerongkongan yang kerontang? Dan kau tahu, kemarau jadi hantu yang bersarang disumur-sumur.     Setiap...
BACA SELENGKAPNYA

Dialog Imajiner dengan Imam Samudra

PADA masa lampau, nenek moyang kalian mematuk terang-terangan. Pala, lada, palawija, pasir, gambir, tebu, batu, jagung, gandum, bandeng, rebon, rebana, sirsak, minyak, granit, emas, tuak, cokelat, karet, bebek, babi, dan masih bergudang-gudang barang, kalian cokok dari ubun-ubun. Nenek moyang kami jadi cekcok, lalu saling golok. Rebah tubuh, simbah darah. Hey para imprealis, maka terimalah ledakkan...
BACA SELENGKAPNYA

Yth. Reza Idria

Doa Sewaktu Sakit AKU tengah ditenung murung, diterjang malang. Aku kini terbantal, lemas dan cemas, sehabis dihardik tasik yang tiba-tiba berisik. Mohon bacakan doa-doa. Lalu si pemalu yang ragu-ragu dengan perasaan jingga, bersayap merah merona, ikut berlalu di sebalik amuk samudra raya. Jadilah aku  kini lelaki lama yang menyendiri.1 Mohon bacakan doa-doa     Lenguh dari...
BACA SELENGKAPNYA

Yth. Nayu Novita

: Athena ADIKKU, kau adalah sebuah celah terpilih yang menjadi akhir tujuan para peziarah. Bukit Lycabettus dan Acropolis, menjulang megah di dada-mu, kenyal dan pepal. Berabad-abad filsuf menghisap putingnya. Tiga hal yang selalu terkenang dari wajah-mu:  senyuman, tatapan, dan … (kau isi sendiri). Aku bersimpuh, memberikan segala penghormatan, dan kutulis puisi cinta yang berakhir bahagia.            ...
BACA SELENGKAPNYA

Yth. Nona Naomi Nauli

customize-news.blogspot.com : Epidavros Theatre HARI nyaris sore ketika aku berpakansi ke gigir kota. Langkahku sampai juga di lubuk terdalam Epidavros Theatre. Rasa damai langsung menjalar. Jiwa-mu yang tentram, istirah di antara tiga bukit, dari mana matahari terhijab, suara terhalau. Ada sederet pohon platan berbanjar di kaki langit, matahari tinggal bayangan, sedang senyap telah turun dari...
BACA SELENGKAPNYA

Yth. Made Wianta

plaka.jpg : Plaka BUKIT Mycenae suatu sore. Senja berkemas diwajah-mu, Wianta. Membuat-mu tambah kuning langsat dan sulit ditebak. Kau pun nampak lebih tambun dan makin keranjingan anggur. Tapi bukan persoalan. Toh matahari yang kalis akan kembali bangkit, atau hujan pasti reda seperti di Plaka. Kecuali cinta. Terus bergemuruh. Mengilhami para penyair. Namun mengapa puisi-mu lahir sebagai anak...
BACA SELENGKAPNYA

Yth. Fozan Santa

rencong.jpg : Rencong ADA seribu pintu dan seribu jendela, tertutup rapat-rapat, menyerupai jeruji dilengkapi terali. Di dalamnya dipeti-es-kan seribu misteri, seribu gigil, seribu luka tak terucap. Aku membukanya tidak dengan maksud mengingatkan-mu pada seribu pembunuhan tanpa alasan, seribu perang tidak seimbang, seribu musibah dan wabah, seribu puteri yang tengah menangis di Negeri Serambi,...
BACA SELENGKAPNYA

Tribute To (alm) Wan Anwar

: Momento Partere Juga bukit berikut kabut, sebagaimana tersurat dan tersirat dalam berlaksa sanjak dari Australia, masih berbanjar dan berzikir seraya berkabar tentang Maret yang surut atau April yang muncul. Tempo itu, di bawah beringin yang dingin, disaksikan gedung putih yang angkuh, sebatang lilin bunuh diri, udara bicara, gerimis menitis, tapi kita tak peduli, di kemurahan cakrawala yang...
BACA SELENGKAPNYA

Traktat 07

Keksaihku, aku tidak akan menukar desember dengan ember bocor, tidak akan membeli januari dari bandar lotre. Aku tidak akan menggembosi ban ambulance, tidak akan menaburi jalanan dengan paku. Aku tidak akan mempertanyakan janji-janji-mu di masa kampanye, tidak akan menyelidiki rumah bersalin tempat mobil mewah-mu dilahirkan. Aku tidak akan mengakali meteran PLN, tidak akan mengeluhkan pemadaman bergiliran. Aku...
BACA SELENGKAPNYA

Traktat 06

DENGAN mengucap seribu terima kasih kepada para pemikir pendahulu, kepada Raja Ali Haji yang telah mempersatukan Nusantara yang tercerai-berai, dengan kata dan bahasa, maka aku mulai merangkai andai, meraut potlot untuk menggubah madah, lalu kutuangkan dalam kalimat yang liat, yang kusebut dengan traktat. Inilah traktat itu, ialah kitab suci para nabi palsu, adalah undang-udang dasar para pendusta....
BACA SELENGKAPNYA

Traktat 05

Benarkah ada satu harga yang mesti kita bela? Apakah itu? Siang tidak pernah menghardik sekalipun terik mencekik. Perasaan yang murung membuat segala terasa menyiksa. Aku jadi gelisah. Pada keraguan yang menggenang, aku merenung ulang. Apa benar aku harus menjadi pembela ketika semua yang harus dibela sudah tidak membutuhkan pembelaan, ketika orang yang membutuhkan dukungan menolak ungkapan perhatian...
BACA SELENGKAPNYA

Traktat 04

Kau marah kepadaku, juga ibuku, ibu kita Kartini, Sarinah, Femina, Dewi, ketika kupukul rata semua perempuan cenderung menjadi pelacur sedang lelaki selalu ingin menjadi nabi palsu. Lihatlah dalam-dalam ke dalam kenyataan, diterpa angin peradaban yang berhembus buas, bendera perasaan-mu berkibar-kibar telalu kencang, hingga robek bagai dicabik-cabik. Perasaan-mu jadi tidak berbentuk. Pernyataan...
BACA SELENGKAPNYA

Traktat 03

Jika mereka-mereka saja bisa, tentu aku juga bisa bernyanyi. Para politikus dan calon legislatif telah bernyanyi dengan janji-janji palsunya, birokrasi telah bernyanyi dengan rencana-rencana korupsinya, anggota majelis ulama telah bernyanyi dengan hadis-hadis palsu dan fatwa-fatwa yang menyesatkannya. Kali ini semua orang bernyanyi untuk mengusir sepi yang datang bagai penyihir berwajah buruk...
BACA SELENGKAPNYA
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...