JADILAH warga negara yang baik. Berdermalah, dan bayarlah pajak. Begitulah para penguasa berkelakar
Apakah mereka tidak tahu kalau aku sudah menjadi warga yang baik dari sebuah negara? Entah negara apa yang kupijak ini. Atau mereka buta hingga tak dapat melihat kalau aku ini sudah menjalankan segala yang dimaksud dengan kebaikan? Seperti ikan bandeng, demi kebaikan, aku berjejal-jejal di bis kota
-Mereka bukan tidak bisa melihat, tetapi mereka tidak mau melihat!
Seperti rasul yang hidup hanya untuk berderma, aku juga berderma. Saat kencing di terminal, aku membayar pajak sebagai bentuk dari derma, Saudara! Bahkan aku selalu, dan masih akan selalu menyisihkan sekeping-dua bengol untuk kuntil anak yang menengadahkan kemurungan di perempatan jalan. Apakah mereka tidak bisa melihat?
-Mereka bukan tidak bisa melihat, tetapi mereka tidak mau melihat!
Aku teringat pesan mereka. Hey, jangan kau beri sedekah orok-orok yang diperalat di trotoar, sebab tidak mendidik. Hanya melanggengkan kemalasan mereka yang hidupnya bergantung pada muslihat untuk beraih belas kasih!
Tanpa harus kau ajari, aku tahu tentang mereka yang hidupnya tergantung pada kemurahan jalanan. Sebagian di antaranya benar-benar menderita. Separuhnya memang kadal buntung. Tetapi ingin kukatakan, adakah orang seperti-mu yang tidak pintar bermain siasat? Adakah orang seperti-mu yang tidak tahu cara memasang kedok? Adakah orang seperti-mu yang bukan dari golongan kadal buntung?
Harus kau ketahui, sesungguhnya menghadapi orang-orang yang hidupnya bergantung pada kesemerawutan jalanan, hatiku terbelah dua. Memberi mereka aku jengkel, karena seperti kata-mu, aku tidak mendidik. Tetapi jika tidak memberi, aku juga jengkel, karena selama ini akulah orang yang rajin berkoar-koar: Hai orang-orang, berdermalah sebagaimana Rasul berderma!
Tahukah kau maksud Rasul mengapa menyuruh membagi-bagikan daging kurban kepada semua tetangganya, sekalipun termasuk orang yang kaya dan raya, sekalipun Yahudi atau Majusi?
Dan berderma, ternyata bukan hanya dialamatkan untuk orang-orang yang sengsara. Derma ialah perhatian. Kepada mereka yang kelaparan, berikanlah makanan. Kepada mereka yang kehausan di tengah lautan, apakah kau akan memberikan kepingan emas? Memberi ialah kepada yang membutuhkan, sekalipun hanya sapaan. Bagi mereka yang menengadahkan wajah dengan memasang raut memelas di lampu stopan, yang di butuhkan adalah recehan, dan apa susahnya kau rogoh sekeping saja dari gaji-mu yang angka nolnya berderet-deret?
Jika saja kau paham seluk-beluk, kau akan tahu antara selebritis dengan penyanyi jalanan, pada dasarnya sama-sam pengamen. Jika dilihat dari sudut benda-benda, adakah yang bisa membedakan kau dan aku sementara kita sama-sama mencari sesuap nasi?
Picingkan lagi mata-hati-mu seperti pemburu yang tengah membidik mangsa, supaya tajam perasaan-mu, dan terpusat perhatian-mu, kau akan bisa melihat, bahwa kau sebenarnya hanyalah seorang abdi. Biar terngiang dalam pengupingan-mu, kutegaskan lagi, kau tak lebih dari seorang abdi!
Jakarta, 2005
sumber foto: list.co.uk
No comments:
Post a Comment