
ADIKKU, kau adalah sebuah celah terpilih yang menjadi akhir tujuan para peziarah. Bukit Lycabettus dan Acropolis, menjulang megah di dada-mu, kenyal dan pepal. Berabad-abad filsuf menghisap putingnya. Tiga hal yang selalu terkenang dari wajah-mu: senyuman, tatapan, dan … (kau isi sendiri). Aku bersimpuh, memberikan segala penghormatan, dan kutulis puisi cinta yang berakhir bahagia.
Jalanan dan rumah-rumah dibangun berkotak-kotak, seperti hamparan sawah dan pematangnya. Siapapun yang datang ke arah-mu, dari penjuru angin manapun, tak akan pernah tersesat. Payudara-mu yang menawan, putting Lycabettus dan Acropolis, menjadi pemandu arah bagi pelancong. Bagi musafir tanpa peta sekalipun. Tetapi untuk menjangkau kubangun, akhir tujuan para peziarah, kesabaranku tidak cukup memadai: Aku pun tersesat sebagai musafir yang sial, kehausan, terasing, hanya mampu meratapi dinding yang telah berusia ratusan tahun, dengan aksara dan rajah penolak bala yang segaris pun tak bias kubaca.
Sebagai peziarah, kucoba ber-tawaf dari torso kanan ke torso kiri. Melintasi Corfu, Artha, Patra, Megapolis, Olympia, Tebes, dan tertegun di Excharcia. Aku malata di punggung-mu dengan lidah waktu yang hanya sekerjapan. Seperti orang jawa hadir di bumi, hanya mampir ngombe. Kususuri bagian-bagian bawah, dan sejenak itikaf di tengkuk-mu. Semua yang kuziarahi, putih pualam dan menggairahkan belaka.
Desember mengucurkan salju. Aku tertegun sebagai orang yang pertama kalinya melihat es krim berhamburan dari langit. Aku segera menari-nari karena mabuk hasrat, hingga bibirku pecah-pecah, lengan bersisik, kulit muka hangus dibakar musim dingin yang kering. Tetapi aku tetap berbahagia, angin yang kencang menyingkap garmen-mu, hingga hijab terkuak. Rasanya aku sudah dekat lubuk itu, ke sebuah celah yang rahasia, tempat pertama kali mimpi diciptakan. Akan kuperas peluh dan keringat, kusiramkan pada ceruk mimpi itu. Kuharapkan anak-anakku akan lahir sebagai pohon pengetahuan yang tidak pernah berpihak.
Laut benar-benar biru, langit benar-benar biru, para filsuf menaruh keyakinannya, di sanalah segala kunci rahasia tersimpan. Tiga hal yang membuat peziarah dari seluruh penjuru angin bergerak meletakkan kening di pusar-mu, kepulauan Ionia1: Laut biru, langit biru, dan …. (kau isi sendiri).
Jakarta, 2004
1 Ionia sebuah pulau di gugus Yunani. Orang-orang Athena banyak yang tidak tahu kalau orang Indonesia menyebut Greece dengan Yunani. Bisa jadi dari kata Ionia nama Yunani muncul.
No comments:
Post a Comment