DOBRE wiecer Moskwa! Sekalipun di kremlin,(1) tak ada nabi tanpa wahyu. Bapak Revolusi Bolshevic itu memang telah tertidur pulas di mausoleum, dengan lengan kanan mengepal, membawa mati siasat yang belum terlaksana. Aku dapat membaca siasat itu lewat kerut keningnya, lewat antrian para peziarah. Oh kasihan. Aku punya bonbon susu dan sedikit candu. Ingin kuhadiahkan kepadanya. Kapan si bapak itu berulang tahun?
Di negeri beruang merah aku terperangah, seperti orang udik terlongo-longo di Plaza Senayan. Di kota empat puluh kubah, gedung-gedung dibangun dari ilham. Tujuh menara kue tar yang kembar, berlomba menyalami awan. Warna merah menyala pada dinding tembok, membakar asa. Sepanjang 72 KM kanal merawat kota dari banjir. Kupikir, pernah hidup seorang da’i yang gigih, hingga orang-orang meyakini dan menunaikan tuah bahwa kebersihan sebagian dari iman
Dan hari-hari yang kelam itu akhirnya mulai terang. Papan reklame bangkit di mana-mana. Palu arit tinggal kenangan pada kaos dan emblem. Memang masih ada luka, masih bergelimang sengsara. Mungkin sedang menyembunyikan nasib yang getas orang-orang bergegas dengan metro bawah tanah. Hingga luka dan pedih tak menguar. Di Bolshoi Theatre, tarian Swan Lake melipur umat. Di Hermitage, dulu, Ekaterina menabuh lonceng, menyihir anak-anak bergegas ke madrasah, bergairah membawa kalam dan sabak. Sekolah, seperti titah Stalin, lebih utama dari sebotol vodka
Di Dumma(2) memang masih bergentayangan oligarkhi. Di labirin-labirin banyak skinhead yang sakit hati. Tapi adakah sebuah bangsa tanpa si culas? Tanpa si picik yang picak? Karena itu, jangan pernah mengatakan bahwa konglomerat hitam bukan masalah. Mereka adalah nilai bagi negara, adalah racun pekat. Membuat-mu mabuk samput
Siang sedang tiarap ketika aku menginjakkan kaki di Domodidovo. Musim dingin yang kaku, mengepungku dengan bongkahan salju, dengan tamparan angin yang menyabit-yabit kulit. Sebelas bagian waktu dan sepertiga daratan dunia, yang terbentang dari selat Bering di Alaska hingga ke Laut Baltik di Eropa, adalah Rusia yang memukau. Aku terkesiap. Terkesiap oleh para penyanyi jalanan yang mendendangkan Tjaikovsky di lorong-lorong stasiun. Terkesiap oleh gadis-gadis yang mencukur jembut jadi sebentuk kumis Hilter. Terkesiap lenggokan anjing laut dalam sirkus, terkesiap karena sekerat papaya jauh lebih mahal dari segoyang anggur
Jakarta, 2004
1 Kantor Kepresidenan Rusia
2 Dewan Perwakilan Rakyat Rusia
No comments:
Post a Comment